Dakwaan Para Sahabat Menyembunyikan Sunnah Yang Mereka Tahu

Imam Ibn Qayyim berkata::

Nabi Muhammad dikatakan melakukan satu perkara dan disaksikan oleh para sahabat seluruhnya. Tetapi, seluruh para sahabat sepakat untuk menyembunyikannya dan tidak mengamalkannya.

Ulasan saya:

Ini benar-benar tidak boleh diterima. Bagi kita ahli sunnah, kita menyatakan bahawa para sahabat Nabi adalah adil dengan erti mereka sentiasa menegakkan kempen nilai agama, melaksanakan tugas amar makruf dan nahi munkar – mereka tidak akan berbohong atas nama Rasulullah SAW.

Daripada sudut pengenalan; sahabat ialah siapa sahaja bertemu dengan Nabi Muhammad sewaktu baginda hidup lalu beriman kepada baginda. Sekalipun orang yang bertemu itu tidak melihatnya seperti Abdullah bin Ummi Maktum, atau tidak lama mendampingi Nabi SAW.

Al-Khāṭib al-Baghdadi menyatakan di dalam kitab Kifāyah;

Tidak perlu dipersoalkan lagi mengenai keadilan para sahabat kerana keadilan mereka telah ditetapkan di dalam al-Quran dan al-Hadis. Perintah berkenan merujuk terus kepada sahabat Rasulullah SAW dan orang yang menyaksikan turunnya wahyu.

Imam Al-Nawawi menyatakan pendapat jumhur itu telah menjadi ijma’, oleh karena itu tidak diperbolehkan seseorang mengkritik mereka (para sahabat), karena dikhawatirkan akan menyimpang dari al-Qur’an dan al-Sunnah yang telah menegaskan keadilan mereka.

Ibnu Atsir dalam kitab Al- I’tiab berkata,

“walaupun para sahabat, tidak perlu kita bahas keadaan mereka karena telah disepakati oleh Ahl al Haaq yaitu Ahl as-Sunnah wa al Jama’ah bahwa mereka itu adil, namun wajib kita mengetahui nama-nama mereka dan membahas perjalanan hidup mereka, serta keadaan mereka untuk kita teladani, karena merekalah orang yang paling mengetahui tentang suluk Nabi SAW dan keadaan kehidupan beliau.”

Allah berfirman:

29. Nabi Muhammad (s.a.w) ialah Rasul Allah; dan orang-orang Yang bersama dengannya bersikap eras dan tegas terhadap orang-orang kafir Yang (memusuhi Islam), dan sebaiknya bersikap kasih sayang serta belas kasihan kasihan sesama sendiri (umat Islam). Engkau melihat mereka tetap beribadat rukuk dan sujud, Dengan mengharapkan limpah kurnia (pahala) dari Tuhan mereka serta mengharapkan keredaanNya. tanda Yang menunjukkan mereka (sebagai orang-orang Yang soleh) terdapat muka mereka - dari kesan sujud (dan Ibadat mereka Yang ikhlas). Demikianlah sifat mereka Yang tersebut di Dalam Kitab Taurat; dan sifat mereka di Dalam Kitab Injil pula ialah: (bahawa mereka diibaratkan) sebagai pokok tanaman Yang mengeluarkan anak dan tunasnya, lalu anak dan tunasnya itu menyuburkannya, sehingga ia menjadi Kuat, lalu ia tegap berdiri di atas (pangkal) batangnya Dengan keadaan Yang mengkagumkan orang-orang Yang menanamnya. (Allah menjadikan sahabat-sahabat Nabi Muhammad, s.a.w dan pengikut-pengikutnya kembang biak serta kuat gagah sedemikian itu) kerana ia hendak menjadikan orang-orang kafir merana Dengan perasaan marah dan hasad dengki - Dengan kembang biaknya umat Islam itu. (dan selain itu) Allah telah menjanjikan orang-orang Yang beriman dan beramal soleh dari mereka, keampunan dan pahala Yang besar.

(Fath: 29)

100. dan orang-orang Yang terdahulu - Yang mula-mula (berhijrah dan memberi bantuan) dari orang-orang "Muhajirin" dan "Ansar", dan orang-orang Yang menurut (jejak langkah) mereka Dengan kebaikan (iman dan taat), Allah reda akan mereka dan mereka pula reda akan Dia, serta ia menyediakan untuk mereka Syurga-syurga Yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; itulah kemenangan Yang besar.

(Al-Taubah: 100)

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ

Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian mencaci para sahabatku. Demi Zat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, seandainya seorang dari kalian menginfakkan emas seberat Gunung Uhud, maka belum bisa menyamai satu mud atau separuhnya yang diinfakkan oleh seorang dari mereka.”

(HR Bukhari dalam Sahih-nya (3/1343)

Imam Ibn Qayyim berkata::

Ini sebagaimana pengakuan dusta kelompok yang paling pendusta: Bahawa Nabi memegang tangan Ali bin Abi Talib di hadapan semua sahabat saat mereka kembali daripada haji wada’. Lalu Nabi mendirikan Ali di hadapan mereka sehingga semua mengenalinya seraya bersabda:

هَذَا وَصِيِّي وَأَخِي وَالْخَلِيفَةُ مِنْ بَعْدِي فَاسْمَعُوا لَهُ وَأَطِيعُوا

“Ini adalah orang yang aku beri wasiat padanya dan beliau adalah saudaraku, khalifah sesudahku, maka dengarlah perintahnya dan taatilah.”[1]

Ternyata para sahabat bersepakat untuk menyembunyikan wasiat Nabi lalu mengubahnya. Semoga laknat Allah menimpa para pendusta ini.

Ulasan Saya:

Setelah kita mengetahui keadilan para sahabat Nabi melalui hujah al-Quran dan al-Sunnah, maka kita akan dapati perbuatan kesepakatan para sahabat dalam hal maksiat tidak mungkin berlaku. Bahkan, mereka adalah orang yang paling suka untuk mengikuti Nabi SAW dalam segala hal. Mereka juga telah melaksanakan tugas menyampaikan risalah nabi ke seluruh dunia. Sehingga kita dapati bahawa majoriti sahabat keluar daripada Madinah setelah kewafatan baginda. Mereka keluar untuk berdakwah.
Oleh itu, sangat mustahil mereka akan bersepakat untuk menutupi sesuatu risalah Nabi Muhammad SAW.

Imam Ibn Qayyim berkata::

Demikian juga riwayat mereka:

إِنَّ الشَّمْسَ رَدَّتْ لِعَلِيٍّ بَعْدَ الْعَصْرِ وَالنَّاسُ يُشَاهِدُونَهَا

“Sesungguhnya matahari terhenti kerana Ali selepas Asar dan manusia menyaksikannya.”[2]

Riwayat ini tidak begitu masyhur. Tiada yang mengetahui riwayat ini kecuali Asma’ binti ‘Umais.

Ulasan Saya:

Saya dapati kisah panjang tentang peristiwa ini di dalam internet. Ia menyebutkan seperti berikut:

"Dikisahkan dalam Kitab hikmah 'usfuriyah,,Pada suatu saat menjelang sholat jamaah subuh Sahabat Sayyidina 'Ali Rodiyallohu bergegas menuju masjid untuk melakukan sholat Jamaah subuh bersama Beliau Nabi Muhamad saw beserta sahabat lainya,

Namun Sesampai dijalanan sayyidina Ali mendadak melihat seorang tua didepanya yang jalanya sangat lamban karena sudah sangat tua renta,,Sepontan sayyina Ali memelankan jalanya tetap dibelakang orang tua itu karena Memuliakan orang tua yang ada didepanya,Sehingga waktu subuh sudah masuk,,
Sesudah sampai didepan masjid ternyata orang tua itu tidak mengarah kemasjid,,dengan begitu sayyidina Ali tau bahwa orang tua itu sebenarnya orang Nasoro,

Kemudian sayyidina Ali masuk masjid untuk jamaah subuh,dan melihat Nabi Muhamad rukuknya lama sehingga sayyidina Ali bisa mengikuti sholat jamaah subuh pagi itu,

Setelah sholat subuh para Sahabat penasaran dan bertanya kepada Nabi Muhamad saw,"Wahai rosululoh mengapa rukuknya lama,padahal biasanya tidak?„Rosul pun menjawab,"Ketika Aku Rukuk dan membaca Subhana Robbiyal adhimi,dan akan kuangkat kepalaku mendadak malaikat Jibril datang meletakkan sayapnya dipunggunggku sampai agak lama sampai sayap jibril diangkat Aku bisa mengangkat kepalaku,,Sepontan para sahabatpun penasaran dan bertanya kepada Rosululloh,

Mengapa Semua itu Anda lakukan Ya Rosululloh?..Rosul pun menjawab,,"Aku tidak bertanya kepada Jibril",,Seketika itu datanglah Malaikat jibril menjelaskan dan berkata kepada Nabi Muhamad SAW,,"Wahai Muhamad..sesungguhnya tadi sayyidina Ali bergegas untuk melakukan jamaah dimasjid,namun ditengah jalan didepanya mendapati orang tua nasroni yang berjalan lambat didepanya,
Ali tidak tau bahwa orang itu adalah orang nasroni,Ali berjalan lambat dibelakangnya tidak mau mendahului karena menghormat orang tua itu,dan aku diperintah Oleh Alloh menahan rukukmu sehingga Ali bisa jamaah denganmu,dan itu bukanya sesuatu yang mengherankan,yang mengherankan adalah Alloh mengutus mikail untuk menahan laju matahari karena Ali rodiyallohuanh

Tamat.

Hadis ini melampau di dalam memuji Saidina Ali. Bahkan ia lebih melampau apabila menyatakan para sahabat telah mengetahui kelebihan Ali tetapi tetap tidak memilih Ali sebagai pemimpin. Seolah-olah mereka tidak mengiktirafnya dan mahu melakukan jenayah dalam urusan agama.

Sebenarnya, kisah berkaitan matahari terhenti ini wujud di dalam hadis yang Sahih tetapi dengan redaksi yang berbeza.

Dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda:

غَزَا نَبِيٌّ مِنَ الأَنْبِيَاءِ، فَقَالَ لِقَوْمِهِ: لاَ يَتْبَعْنِي رَجُلٌ مَلَكَ بُضْعَ امْرَأَةٍ، وَهُوَ يُرِيدُ أَنْ يَبْنِيَ بِهَا؟ وَلَمَّا يَبْنِ بِهَا، وَلاَ أَحَدٌ بَنَى بُيُوتًا وَلَمْ يَرْفَعْ سُقُوفَهَا، وَلاَ أَحَدٌ اشْتَرَى غَنَمًا أَوْ خَلِفَاتٍ وَهُوَ يَنْتَظِرُ وِلاَدَهَا، فَغَزَا فَدَنَا مِنَ القَرْيَةِ صَلاَةَ العَصْرِ أَوْ قَرِيبًا مِنْ ذَلِكَ، فَقَالَ لِلشَّمْسِ: إِنَّكِ مَأْمُورَةٌ وَأَنَا مَأْمُورٌ اللَّهُمَّ احْبِسْهَا عَلَيْنَا، فَحُبِسَتْ حَتَّى فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ

Ada seorang Nabi dari kalangan para Nabi yang (hendak) berperang, lalu beliau berkata kepada kaumnya:Jangan ada seseorang yang mengikuti aku dalam keadaan dia baru menikah dan sedang hendak bergaul dengan isterinya, dan dia belum sempat bergaul dengannya. Dan jangan ada seorang pun yang sedang membina rumah tetapi belum sempat memasang atap-atapnya. Dan jangan ada seorang pun yang membeli seekor kambing atau unta (yang sedang hamil), dan dia sedang menunggu kelahiran anaknya.”

Maka berperanglah Nabi tersebut, lalu dia menghampiri suatu kampung ketika waktu ‘Asar atau mendekati sekitar waktu tersebut. Maka Nabi tersebut pun berkata kepada matahari:Sesungguhnya engkau adalah makhluk yang menurut perintah, dan aku juga seorang yang menurut perintah. (lalu beliau berdoa kepada Allah – pent.) Ya Allah, tahanlah (sebentar) matahari itu untuk kami (agar tidak terbenam).”

Maka matahari pun ditahan sampailah Allah memberikan kemenangan atasnya…”

(HR al-Bukhari di dalam Sahih: 3124. Muslim: 1747)

Di hadis yang lain juga dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ الشَّمْسَ لَمْ تُحْبَسْ عَلَى بَشَرٍ إِلَّا لِيُوشَعَ لَيَالِيَ سَارَ إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ

Sesungguhnya matahari tidak pernah ditahan bagi manusia kecuali untuk Yusya’ (bin Nun) pada ketika malam-malam dia berjalan menuju Bait Al-Maqdis.”

(Musnad Ahmad, no. 8315. Lihat: Fath Al-Bari, 6/221.

Syarh Sahih Muslim, 12/52)

Faedah dan pelajaran dari hadis:

1, Umat-umat terdahulu juga disyari’atkan untuk keluar berperang (jihad di jalan Allah).
2, Urusan jihad tidak diserahkan kepada orang sebarangan, bahkan tidak boleh berperang dalam keadaan berharap keduniaan dan sambil memikirkan keduniaan.
3, Seluruh benda mati mengenal dan tunduk kepada ketentuan Allah baginya. Ia sentiasa taat dan tidak bermaksiat (ingkar) kepada Allah. Di antaranya adalah matahari.
4, Pada hadis ini menjelaskan bahawa matahari pernah ditahan peredarannya.
5, Perjalanan waktu, pertukaran siang dan malam, serta hari demi hari adalah berdasarkan peredaran matahari, bukan berdasarkan pergerakan, putaran atau peredaran bumi. Atas sebab itulah, yang diminta pada hadis ini adalah dengan menahan (peredaran) matahari agar ditangguhkan waktu terbenamnya, bukannya dihentikan peredaran atau putaran bumi.

Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah (Wafat: 544H) berkata:

اختلف في حبس الشمس المذكور هنا فقيل ردت على أدراجها وقيل وقفت ولم ترد وقيل أبطئ بحركتها وكل ذلك من معجزات النبوة

Para ulama berbeza pendapat dalam memahami berhentinya matahari dalam hadis ini. Ada yang mengatakan, ia dikembalikan ke awalnya. Ada yang mengatakan, ia diam tidak berganjak. Ada juga yang mengatakan, peredarannya menjadi perlahan.Namun semua ini termasuk sebahagian dari mukjizat ke-Nabian.”

(Syarh Shahih Muslim oleh An-Nawawi, 12/52)

Di antara dalil-dalil yang menguatkan hal ini adalah sebagaimana berikut,

Allah Ta’ala juga berfirman:

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dia-lah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kalian mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu.
(Surah Yunus, 10: 5)

Allah mengisyaratkan dari ayat ini bahawa penentuan bilangan tahun dan perhitungan waktu adalah berdasarkan peredaran matahari dan bulan.

Kemudian di ayat-ayat yang lainnya,

Allah Ta’ala berfirman:

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

Dan Dia-lah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya beredar pada garis edarnya.”

(Surah Al-Anbiyaa’, 21: 33)

Pada ayat ini Allah menjelaskan bahawa pertukaran malam dan siang terjadi dengan peredaran matahari dan bulan pada garis peredarannya, atau orbitnya.

Allah Ta’ala berfirman:

وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ

Dan matahari itu beredar (dengan sangat laju) pada garis peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”

(Surah Yaasiin, 36: 38)
___________________________
[1] Ibnu Jauzi menyebutkan beberapa hadis dalam isu Nabi Muhammad SAW mempersaudarakan Ali dengan dirinya serta menabalkan Ali RA sebagai pengganti baginda. Ibnu Jauzi menghukumkan palsu hadis-hadis berkaitan isu berkenaan. Rujuk kitab beliau Al-Maudhu`at (2/104,105, 147). Syekhul Islam Ibnu Taimiyah pula berkata dalam kitab Minhaj as-Sunah (7/361): “Hadis-hadis yang mempersaudarakan Nabi dengan Ali semuanya adalah palsu.”
[2] Direkodkan oleh al-`Uqaily dalam ad-Dhu`afa’ (3/327), dan Ibnu Jauzi dalam al-Maudhu`at (2/119-120), beliau berkata: Palsu tanpa ragu.