Soalan: Apakah yang dimaksudkan dengan Sakaratul Maut?
Jawapan: Proses tercabutnya nyawa daripada tubuh badan yang diawali dengan detik-detik menegangkan lagi menyakitkan. Ia berlaku kepada orang beriman dan orang kafir.

 Allah berfirman: 

وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَاكُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ

“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya”. [Qaaf: 19]

كَلآ إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ {26} وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ {27} وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ {28} وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ {29} إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ

“Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai kerongkongan. Dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan”. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan). Dan kepada Rabbmulah pada hari itu kamu dihalau”. [Al Qiyamah: 26-30]

 Syaikh Sa’di menjelaskan: “Allah mengingatkan para hamba-Nya dengan keadan orang yang akan tercabut nyawanya, bahwa ketika ruh sampai pada taraqi yaitu tulang-tulang yang meliputi ujung leher (kerongkongan), maka pada saat itulah penderitaan mulai berat, (ia) mencari segala sarana yang dianggap menyebabkan kesembuhan atau kenyamanan. Karena itu Allah berfiman: “Dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang akan menyembuhkan?” artinya siapa yang akan meruqyahnya dari kata ruqyah. Pasalnya, mereka telah kehilangan segala terapi umum yang mereka pikirkan, sehingga mereka bergantung sekali pada terapi ilahi. Namun qadha dan qadar jika datang dan tiba, maka tidak dapat ditolak. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan dengan dunia. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), maksudnya kesengsaraan jadi satu dan berkumpul. Urusan menjadi berbahaya, penderitaan semakin sulit, nyawa diharapkan keluar dari badan yang telah ia huni dan masih bersamanya. Maka dihalau menuju Allah Ta’ala untuk dibalasi amalannya, dan mengakui perbuatannya. Peringatan yang Allah sebutkan ini akan dapat mendorong hati-hati untuk bergegas menuju keselamatannya, dan menahannya dari perkara yang menjadi kebinasaannya. Tetapi, orang yang menantang, orang yang tidak mendapat manfaat dari ayat-ayat, senantiasa berbuat sesat dan kekufuran dan penentangan.

Soalan: Apakah tanda-tanda kematian?
Jawapan: Tanda-tanda kematian boleh dilihat daripada nasihat doktor kepada pesakit atau waris. Pun begitu, setiap orang yang mendapati tanda-tanda kematian berkenaan tidak boleh berputus asa sehingga menyerah diri kepadanya. Tetapi kita disuruh di dalam agama untuk berusaha menyembuhkan diri daripada sakit. 

Bahkan, tidak salah untuk berdoa semoga Allah memanjangkan umur. 

Nabi SAW mengajarkan kita untuk berdoa: 

اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى، وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

Ya Allah! Aku ini memohon kepada-Mu, berilah aku hidayah, ketaqwaan, kesihatan dan kekayaan.

(HR Muslim: 2721)

 Nabi juga bersabda: 

سَلُوا اللهَ الْعَافِيَةَ، فَإِنَّهُ لَمْ يُعْطَ عَبْدٌ شَيْئًا أَفْضَلَ مِنَ الْعَافِيَةِ،

Mintalah supaya Allah berikan kesihatan. Tidak ada perkara yang paling baik yang Allah berikan kepada hamba-Nya selain daripada kesihatan. 

(HR Ahmad, 46. Sahih Lighairihi)

Soalan: Adakah keadaan Sakaratul Maut menunjukkan darjat ketinggian dan kehinaan seseorang?
Jawapan: Sakaratul maut berlaku kepada orang yang beriman dan juga kafir. Namun, ia diringankan kepada orang Islam manakala untuk orang kafir ia diberatkan. 

Nabi SAW sendiri menghadapi Sakaratul Maut. Sehingga Fatimah, anaknya berkata: 

وَا كَرْبَ أَبَاهُ

Aduhai sukarnya ayahandaku.

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: “Rabb kami adalah Allah kemudian mereka beristiqomah, maka para malaikat turun kepada mereka (sembari berkata):” Janganlah kamu bersedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu di dunia dan akhirat di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Rabb Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [Fushshilat: 30]

Tetapi Rasulullah menjawab: 

لَيْسَ عَلَى أَبِيكِ كَرْبٌ بَعْدَ اليَوْمِ

Ayahandamu ini tidak akan merasa kesukaran lagi selepas ini. 

(HR Al-Bukhari di dalam Sahih: 4462)

مَا أَغْبِطُ أَحَدًا بِهَوْنِ مَوْتٍ بَعْدَ الَّذِي رَأَيْتُ مِنْ شِدَّةِ مَوْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Aisyah pula menceritakan: 

"Aku tidak memandang elok atau merasa iri hati kepada sesiapa pun dengan sebab mudah dan ringannya Sakratul maut yang dialaminya sesudah aku melihat kesukaran Rasulullah s.a.w. menghadapi Sakratul maut.

(HR Al-Tirmizi di dalam Sunan: 979. Sahih)

Jelas daripada hadis di atas bahawa Nabi SAW juga menghadapi Sakaratul Maut. Ia pedih tetapi diringankan kepada orang soleh sepertimana diringankan kepada Nabi SAW. 

Allah berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ أَلآتَخَافُوا وَلاَتَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ {30} نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي اْلأَخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَاتَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَاتَدَّعُونَ


Ibnu Hajar mengatakan: “Dalam hadits tersebut, kesengsaran (dalam) sakaratul maut bukan petunjuk atas kehinaan martabat (seseorang). Dalam konteks orang yang beriman boleh jadi untuk menambah kebaikannya atau menghapus kesalahan-kesalahannya”

Ibnu Katsir mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang yang ikhlas dalam amalannya untuk Allah semata dan mengamalkan ketaatan-Nya berdasarkan syariat Allah niscaya para malaikat akan menghampiri mereka tatkala kematian menyongsong mereka dengan berkata “janganlah kalian takut atas amalan yang kalian persembahkan untuk akhirat dan jangan bersedih atas perkara dunia yang akan kalian tinggalkan, baik itu anak, istri, harta atau agama sebab kami akan mewakili kalian dalam perkara itu. Mereka (para malaikat) memberi kabar gembira berupa sirnanya kejelekan dan turunnya kebaikan”.

Kemudian Ibnu Katsir menukil perkataan Zaid bin Aslam: “Kabar gembira akan terjadi pada saat kematian, di alam kubur, dan pada hari Kebangkitan”. Dan mengomentarinya dengan: “Tafsiran ini menghimpun seluruh tafsiran, sebuah tafsiran yang bagus sekali dan memang demikian kenyataannya”.

Soalan: Apakah kepedihan sakaratul maut serta amalan untuk memudahkan menghadapi sakaratul maut? 
Kondisi umum proses pencabutan nyawa seorang mukmin mudah lagi ringan. Namun kadang-kadang derita sakarul maut juga mendera sebagian orang soleh. Tujuannya untuk menghapus dosa-dosa dan juga mengangkat kedudukannya. Sebagaimana yang dialami Rasulullah. Beliau Shallallallahu ‘alaihi wa sallam merasakan pedihnya sakaratul maut seperti diungkapkan Bukhari dalam hadits ‘Aisyah di atas.

Jawapan: Allah l berfirman:

“Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke tenggorokan, dan dikatakan (kepadanya): ‘Siapakah yang dapat menyembuhkan?’, dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), kepada Rabbmu lah pada hari itu kamu dihalau.” (Al-Qiyamah: 26-30)


Al-Imam Ibnu Katsir t berkata: “Ini adalah berita dari Allah l tentang keadaan orang yang sekarat dan tentang apa yang dia rasakan berupa kengerian serta rasa sakit yang dahsyat (mudah-mudahan Allah l meneguhkan kita dengan ucapan yang teguh, yaitu kalimat tauhid di dunia dan akhirat). Allah l mengabarkan bahwasanya ruh akan dicabut dari jasadnya, hingga tatkala sampai di tenggorokan, dia meminta tabib yang bisa mengobatinya. Siapa yang bisa meruqyah? Kemudian, keadaan yang dahsyat dan ngeri tersebut disusul oleh keadaan yang lebih dahsyat dan lebih ngeri berikutnya (kecuali bagi orang yang dirahmati Allah l). Kedua betisnya bertautan, lalu meninggal dunia. Kemudian dibungkus dengan kain kafan (setelah dimandikan). Mulailah manusia mempersiapkan penguburan jasadnya, sedangkan para malaikat mempersiapkan ruhnya untuk dibawa ke langit.

Setiap orang yang beriman akan merasakan kengerian dan sakitnya sakaratul maut sesuai dengan kadar keimanan mereka. Sehingga para Nabi r adalah golongan yang paling dahsyat dan pedih tatkala menghadapi sakaratul maut, sebagaimana sabda Rasulullah n:

إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ

“Sesungguhnya manusia yang berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian yang semisalnya. Seseorang diuji sesuai kadar agamanya.” (Lihat Ash-Shahihah no. 132)

Aisyah x berkata:

فَلَا أَكْرَهُ شِدَّةَ الْمَوْتِ لِأَحَدٍ أَبَدًا بَعْدَ النَّبِيِّ n

“Aku tidak takut (menyaksikan) dahsyatnya sakaratul maut pada seseorang setelah Nabi n.” (HR. Al-Bukhari no. 4446)

Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata: “Para ulama rahimahumullah mengatakan bahwa apabila sakaratul maut ini menimpa para nabi, para rasul r, juga para wali dan orang-orang yang bertakwa, mengapa kita lupa? Mengapa kita tidak bersegera mempersiapkan diri untuk menghadapinya"?

Soalan: Benarkah syaitan akan merupa dengan wajah ibu dan ayah kemudian mengajak orang yang sedang merasai sakaratul maut untuk menjadi kafir?
Jawapan: Saya dapati, Imam al-Qurtubi menyebutkan hadis yang berkaitan perkara yang ditanya. Beliau menyebutkannya di dalam kitab al-Tazkirah dengan bentuk al-Tamrid:

روي عن النبي صلى الله عليه و سلم أن العبد إذا كان عند الموت قعد عنده شيطانان الواحد عن يمينه و الآخر عن شماله فالذي عن يمينه على صفة أبيه يقول له : يا بني إني كنت عليك شفيقا و لك محبا ولكن مت على دين النصارى فهو خير الأديان، والذي على شماله على صفة أمه تقول له: يا بني إنه كان بطني لك وعاء و ثديي لك سقاء و فخذي لك وطاء و لكن مت على دين اليهود و هو خير الأديان.

Diriwayatkan dari Nabi Sollallahu Alaihi wa Sallam bersabda : "Sesungguhnya seorang hamba apabila tiba waktu wafat (Sakarotul Maut), maka duduklah dua syaitan didekatnya, syaitan yang satu duduk di sebelah kanannya ( orang yang sedang sakarotul maut) dan syaitan yang satu lagi duduk di sebelah kirinya ( orang yang sedang sakarotul maut).

syaitan yang duduk disebelah kanan berupa sifat ayahnya (orang yang sedang sakarotul maut) syaitan itu berkata :“Wahai anaku Sungguh aku menyayangimu dan mencintaimu, matilah dalam menganut agama nasrani, Agama Nasrani itu sebaik-baiknya agama.”Dan syaitan yang duduk disebelah kiri berupa sifat ibunya (orang yang sedang sakarotul maut) syaitan itu berkata:“Wahai anaku, Sesungguhnya pertku telah mengandungmu, dan susuku sebagai minumanmu dan pahaku sebagai tempat dudukmu, matilah dalam menganut agama Yahudi, Agama Yahudi itu sebaik-baiknya Agama."

 Saya tidak tahu tentang status hadis berkenaan. Carian saya tidak menjumpai hasil. Maka bertanyalah kepada orang ahli hadis tentang status hadis berkenaan. 


Pun begitu, ada hadis yang sahih menunjukkan bahawa akan ada ujian daripada syaitan ketika hampir berlaku kematian. Nabi berdoa:

(HR Abu Daud di dalam Sunan: 1552. Sahih)

 وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِي الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ

Aku memohon supaya Engkau daripada ganguan syaitan ketika kematian.

WallahuAlam.

Oleh itu, mohonlah semoga Allah melindungi kita daripada ganguan syaitan dalam apa jua keadaan.